Skip to main content

Diam, Sepi, dan Membosankan

Kisah ini di awali dari hubungan yang membosankan. Saat pesanku tak kunjung kau balas, obrolan searah dan posisiku serba salah. Cinta begitu sepi saat hati sudah terlanjur meresapi. Kegalauan muncul setiap hari di kala kau yang tak kunjung mengerti. Lelah ku menunggu pagi, sambil terus berharap kau tak bermaksud pergi.

Aku bertanya salahku apa tapi kau diam saja. Aku mengajak kita untuk tatap muka, menyelsaikannya bersama namun kau tak kunjung bicara. Aku telfon berkali kali, nomormu tak bisa di hubungi. Lalu ku belikan pulsa agar kau bisa membalas pesanku tanpa ada alasan kehabisan pulsa yang mengganggu. Namun tetap saja, kau masih diam.

Sampai pada sewajarnya manusia tetap saja mahluk yang mudah digoda. Sebelum kondisi seperti ini, diriku masih kuat memegang janji janji. Tapi keadaan memburuk, cinta semakin bertepuk. Waktu terus berjalan, dan kau tau menunggu itu bosan. Dari sudut lain, dari nama yang lain. Aku menyapa wanita yang sejatinya dari dulu ku memendam rasa.

Awalnya aku hanya memberanikan diri untuk menanyakan kabar. Setelah aku melihatnya mengunggah gambar. Kau tak masih saja diam, aku pun sedikit lelah menunggumu menyelsaikan amarah. Sementara dia yang ku sapa, menyambutku dengan sahaja. Kita berbalas pesan layaknya muda mudi sewajarnya. Dan dia tak keberatan jika aku ingin kembali mendekatkan pertemanan.

Sudah beberapa bulan, kau yang setiap hari ku ucapkan selamat pagi belum juga kembali. Kau menghilang dalam diammu, namun posisiku masih kekasihmu. Terlampau jahat bila aku menjumpai yang lain yang menjalin obrolan hangat. Tapi cinta bisa mati jika terus terisi sepi. Kau begini semaumu sendiri, tapi aku tak mau kurus gara-gara tak kau urus.

Masuk bulan ketiga saat kau tanpa keterangan dalam menjalin hubungan. Aku semakin dekat pada dia yang sering mendengarkanku curhat. Muncul sebuah pertanyaan di tengah obrolan. Aku menanyakan perihal kekasihnya. Apakah dia sudah memiliki tambatan hati, atau sekarang dia masih sendiri. Dia menjawab sejujurnya dan mengenalkan padaku tentang kekasihnya.

Dia bercerita sebaiknya aku mencari kejelasan. Dari diamnya yang terus berlelu lalang. Mencari kejalasan bagaimana baiknya ke depan. Sebagai lelaki aku harusnya tak mengekang bila kau memang sudah tidak nyaman menjalin hubungan. Dia banyak memberikan saran perihal sebaiknya kita meluruskan. Aku tak menganggap dia kekasih sebagai penggantimu. Begitu pula sebalijnha dia kepadaku. Aku tau batasan dalam obrolan bersama teman. Maaf, dia bukan selingkuhanku. Dia hanya teman dekat yang ku kenal sebelum kamu.

Akhirnya ku jumpai kamu, dengan segala cara yang telah kau gagalkan sebelumnya. Di cafe dekat kediamanmu kita mengobrol hening. Sambil memandang melihat jatuhnya air mata yang tak teriring. Kau berubah total dengan gaya bahasa yang sebelumnya tak ku kenal. Tak ada lagi kecocokan yang kita persatukan. Tak ada lagi cinta yang kita bisa di pertahankan. Ya sudahlah, cintaku sudah terlepas dari genggaman.

Aku mulai mengambil pelajaran dari diammu selama ini. Kau tak bermaksud mengingkari janji janji. Namun kau ingin pergi tanpa perlu mengucap permisi. Tanpa perlu melambaikan tangan. Tanpa melihat air mata kekasih yang berjatuhan. Tapi caramu salah, kau membuat ku menanti setiap hari, membuatku terus berprasangka, dan membuatku sesekali melupakan logika.

Sudahlah. Mari kita simpulkan cerita yang merumitkan. Dari awal kau menghilang tanpa kabar. Lalu hubungan menjadi sepi dan membosankan. Memberi kabar itu penting dan kepedulian dalan hubungan itu layak di utamakan. Jika tak ada lagi yang memperjuangkan maka yang terjadi hanya penyelsaian di tengah jalan.

Mencari teman dekat itu perlu. Tapi hati hati memilih untuk teman curhatmu. Carilah yang benar benar peduli dan mampu memberi saran yang bermaksud memperbaiki. Jangan cari yang sepemikiran saja, tapi teman yang baik yang berani melarang jika kita salah. Pastikan dia mampu menjaga rahasiamu. Dan jangan jadikan moment curhat sebagai ajang untuk mendekat.

Jika sudah tak nyaman sudah seharusnya di ikhlaskan. Meski hanya salah satu yang menginginkan pergi, namun hubungan tak mampu bertahan jika hanya sendirian. Sebaiknya salah satu memahami bahwa sudah ada rasa yang tak seperti sebelumnya. Dan keduanya harus menyadari saatnya kisah ini harus di akhiri.

Comments

Popular posts from this blog

Hujan di Kaca Jendela.

Teringat sore itu, di kala hujan tak kunjung hilang dari kaca jendela kamarku. Tak sengaja ku jumpai kau di lini masa. Kau lagi. Kau yang masih terngiang di hati. Begitu sulit melepaskan saat situasi begitu tepat untuk mengenangkan. Kamu yang belum sempat aku miliki namun sudah pergi saat rasa mulai bersemi. Dengan tulisan sederhana. Kau mengindahkan hasil potretanmu yang kau tandai namanya. Hatiku sudah kebal terkait nama yang terus kau sebutkan. Yang terus kau banggakan. Dan yang terus kau pantaskan. Di banding aku yang sendiri dalam harapan. Belum ada kesempatan mengungkapkan, tapi gerak gerikmu memberi isyarat kita belum bisa bersama dalam waktu dekat. Ketika kau perlahan menghilang dan tak lagi ku jumpai dalam bayang. Kadang semesta suka tertawa melihat aku yang sendiri melamun di sudut ruang. Melihat bodohnya manusia yang berharap pada manusia lainnya. Melihat mata dan hati yang berdiskusi tentang lamanya menanti. Ku jumpai kau di kotak persegi. Berisi kata yang kau suka. Bert

Sesuatu Datang dengan Tujuan Masing-Masing.

Selalu saja Tuhan menurunkan kejadian beserta alasannya, baik dengan kita disadari maupun tidak. Kita hanya menjalani dan sering telat menyadari. Seringkali kita menginginkan sesuatu hal yang menurut kita terbaik atau menentukan sesuatu yang sesuai kehendak hati. Kita menyisihkan yang tak kita sukai demi hal yang kita ingini. Tentunya kau akan berjuang sekuat mungkin mendapatkan apa yang kau suka. Menggapai apa yang kau impikan. Mempertahankan argumentasi dalam diskusi. Serta menyangkal, jika ada yang mengingatkanmu agar tak menyesal. Sebaik-baik rencana yang kita rakit, kita tak pernah bisa memastikan hasil yang tak membuat kita sakit. Yang terjadi kita akan terus berupaya, dan terus di imbangi dengan doa. Mengambil setiap kesempatan yang ada demi meraih cita. Meninggalkan sesuatu yang menurutmu tak lagi berguna. Mencari cara agar tujuanmu cepat sampai tergapai. Lalu bersenang-senang, setelah upaya berujung lapang. Di dalam berproses kamu tak akan semulus rencanamu. Ibarat seperti