Skip to main content

Kau Dan Aku Mulai Terbiasa

Tak terasa hari pertemuan sudah berlangsung lama, aku semakin tahu banyak tentangmu dan kamu juga mulai berani bercerita lebih kepadaku. Entah karena sebab apa, tapi kenyamanan bagiku mulai terasa. Tapi Ini masih menjadi misteri. meski sesekali kau balas pesanku dengan emoji, aku tak boleh berperasangka lebih bahwa kau juga suka.

Bisa saja ini hanya sesaat, sebab kau tak ada teman berbalas pesan. Tapi entah apapun kau menganggapku, membalas pesanmu adalah kepanikan tersendiri. Berulang kali ku hapus pesan yang hendak ku kirim, ku baca berulang agar memastikan kata yg tepat untuk ku kirimkan. Ini adalah kepanikan yang ku suka, hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Kau membalas seadanya tapi membuat gelora di dada.

Sepiku hilang, kini berubah menjadi pagi yang gemilang. Beruntungnya aku di pertemukan denganmu, wanita yang bisa saja membuat kesejukan walau hari menjelang siang. Kau membuatku tenang dalam segala situasi. Hadir setiap saat, merelakan waktumu bersamaku. Walau hanya sebatas berbalas pesan singkat, aku mendambakan bisa menatapmu dari dekat.

Pesan kita mulai asik untuk disimak, tanpa jeda waktu yang terlalu lama kau dan aku terus menyambungnya. Meskipun kebanyakan dari apa yang kita bicarakan bukan hal penting, hanya hal sederhana. Namun bahagiaku tak bersyarat banyak. Terus berdiskusi berdua saja, kau membuat hari hariku penuh warna.

Selain hal yang tak penting, kita sering tersenyum lewat obrolan yang hanya kau dan aku yang mengerti. Kau memanggilku dengan nama yang aneh, di tambah emoji lucu tapi kau suka menggunakannya. Beginilah ketika orang sedang kasmaran, apapun yang kita lakukan selalu berkaitan dengan perasaan. Menyentuh ke hati oleh perasaan yang masih tersembunyi.

Kau menepi bahwa dugaanku memang salah, aku kira kau tak mau bertahan denganku begitu lama. Meski belum saling ungkapkan isi hati, kau dan aku saling mengerti bagaimana cara berbalas pesan bahagia. Kita berada di posisi yang susah bila hanya di sebut teman. Tapi kenyataannya kita masih sebatas teman. Saat ini kau dan aku hanya tinggal terbiasa dengan waktu.

Sabarlah sayang, bukan maksudku mempermainkan perasaanmu atau sengaja mengulur waktu. Ini terkait dengan perasaan, aku enggan sembarang menentukan. Meski kau kandidat satu satunya, tapi biarlah hati ini lebih terbiasa. Kau juga tentunya banyak pertimbangan untuk menerimaku jika aku terlalu terburu-buru.

Sudah semestinya kau juga memastikan bahwa aku juga satu-satunya. Tak ada orang lain yang lebih kau bawelkan di percakapan, tak ada orang lain yang kau sebut privasi selain aku disini. Pastikan penjaga hati kita masing masing. Aku yakin kedekatan kita butuh selang waktu, agar saat kita jarang bertemu masih ada cinta yang ingin bersatu.

Mudah-mudahan kau mengerti maksudku, kita beranjak dewasa. Bawalah cintamu pada level sesungguhnya. Yang benar benar ada untuk satu orang saja dan untuk waktu yang lama.
Jangan lagi merupa senja, yang tenggelam saat lampu kota mulai temaram. Jadilah sang surya yang tetap hadir di kala malam, lewat cahaya yang dia titipkan dalam indahnya bintang-bintang.

Luangkan waktumu untuk membalas pesan singkatku, karena dalam setiap titik koma yang tertera juga mengandung cinta.


Comments

Popular posts from this blog

Hujan di Kaca Jendela.

Teringat sore itu, di kala hujan tak kunjung hilang dari kaca jendela kamarku. Tak sengaja ku jumpai kau di lini masa. Kau lagi. Kau yang masih terngiang di hati. Begitu sulit melepaskan saat situasi begitu tepat untuk mengenangkan. Kamu yang belum sempat aku miliki namun sudah pergi saat rasa mulai bersemi. Dengan tulisan sederhana. Kau mengindahkan hasil potretanmu yang kau tandai namanya. Hatiku sudah kebal terkait nama yang terus kau sebutkan. Yang terus kau banggakan. Dan yang terus kau pantaskan. Di banding aku yang sendiri dalam harapan. Belum ada kesempatan mengungkapkan, tapi gerak gerikmu memberi isyarat kita belum bisa bersama dalam waktu dekat. Ketika kau perlahan menghilang dan tak lagi ku jumpai dalam bayang. Kadang semesta suka tertawa melihat aku yang sendiri melamun di sudut ruang. Melihat bodohnya manusia yang berharap pada manusia lainnya. Melihat mata dan hati yang berdiskusi tentang lamanya menanti. Ku jumpai kau di kotak persegi. Berisi kata yang kau suka. Bert

Sesuatu Datang dengan Tujuan Masing-Masing.

Selalu saja Tuhan menurunkan kejadian beserta alasannya, baik dengan kita disadari maupun tidak. Kita hanya menjalani dan sering telat menyadari. Seringkali kita menginginkan sesuatu hal yang menurut kita terbaik atau menentukan sesuatu yang sesuai kehendak hati. Kita menyisihkan yang tak kita sukai demi hal yang kita ingini. Tentunya kau akan berjuang sekuat mungkin mendapatkan apa yang kau suka. Menggapai apa yang kau impikan. Mempertahankan argumentasi dalam diskusi. Serta menyangkal, jika ada yang mengingatkanmu agar tak menyesal. Sebaik-baik rencana yang kita rakit, kita tak pernah bisa memastikan hasil yang tak membuat kita sakit. Yang terjadi kita akan terus berupaya, dan terus di imbangi dengan doa. Mengambil setiap kesempatan yang ada demi meraih cita. Meninggalkan sesuatu yang menurutmu tak lagi berguna. Mencari cara agar tujuanmu cepat sampai tergapai. Lalu bersenang-senang, setelah upaya berujung lapang. Di dalam berproses kamu tak akan semulus rencanamu. Ibarat seperti

Diam, Sepi, dan Membosankan

Kisah ini di awali dari hubungan yang membosankan. Saat pesanku tak kunjung kau balas, obrolan searah dan posisiku serba salah. Cinta begitu sepi saat hati sudah terlanjur meresapi. Kegalauan muncul setiap hari di kala kau yang tak kunjung mengerti. Lelah ku menunggu pagi, sambil terus berharap kau tak bermaksud pergi. Aku bertanya salahku apa tapi kau diam saja. Aku mengajak kita untuk tatap muka, menyelsaikannya bersama namun kau tak kunjung bicara. Aku telfon berkali kali, nomormu tak bisa di hubungi. Lalu ku belikan pulsa agar kau bisa membalas pesanku tanpa ada alasan kehabisan pulsa yang mengganggu. Namun tetap saja, kau masih diam. Sampai pada sewajarnya manusia tetap saja mahluk yang mudah digoda. Sebelum kondisi seperti ini, diriku masih kuat memegang janji janji. Tapi keadaan memburuk, cinta semakin bertepuk. Waktu terus berjalan, dan kau tau menunggu itu bosan. Dari sudut lain, dari nama yang lain. Aku menyapa wanita yang sejatinya dari dulu ku memendam rasa. Awalnya aku