Tak terasa hari pertemuan sudah berlangsung lama, aku semakin tahu banyak tentangmu dan kamu juga mulai berani bercerita lebih kepadaku. Entah karena sebab apa, tapi kenyamanan bagiku mulai terasa. Tapi Ini masih menjadi misteri. meski sesekali kau balas pesanku dengan emoji, aku tak boleh berperasangka lebih bahwa kau juga suka.
Bisa saja ini hanya sesaat, sebab kau tak ada teman berbalas pesan. Tapi entah apapun kau menganggapku, membalas pesanmu adalah kepanikan tersendiri. Berulang kali ku hapus pesan yang hendak ku kirim, ku baca berulang agar memastikan kata yg tepat untuk ku kirimkan. Ini adalah kepanikan yang ku suka, hal yang tak pernah ku bayangkan sebelumnya. Kau membalas seadanya tapi membuat gelora di dada.
Sepiku hilang, kini berubah menjadi pagi yang gemilang. Beruntungnya aku di pertemukan denganmu, wanita yang bisa saja membuat kesejukan walau hari menjelang siang. Kau membuatku tenang dalam segala situasi. Hadir setiap saat, merelakan waktumu bersamaku. Walau hanya sebatas berbalas pesan singkat, aku mendambakan bisa menatapmu dari dekat.
Pesan kita mulai asik untuk disimak, tanpa jeda waktu yang terlalu lama kau dan aku terus menyambungnya. Meskipun kebanyakan dari apa yang kita bicarakan bukan hal penting, hanya hal sederhana. Namun bahagiaku tak bersyarat banyak. Terus berdiskusi berdua saja, kau membuat hari hariku penuh warna.
Selain hal yang tak penting, kita sering tersenyum lewat obrolan yang hanya kau dan aku yang mengerti. Kau memanggilku dengan nama yang aneh, di tambah emoji lucu tapi kau suka menggunakannya. Beginilah ketika orang sedang kasmaran, apapun yang kita lakukan selalu berkaitan dengan perasaan. Menyentuh ke hati oleh perasaan yang masih tersembunyi.
Kau menepi bahwa dugaanku memang salah, aku kira kau tak mau bertahan denganku begitu lama. Meski belum saling ungkapkan isi hati, kau dan aku saling mengerti bagaimana cara berbalas pesan bahagia. Kita berada di posisi yang susah bila hanya di sebut teman. Tapi kenyataannya kita masih sebatas teman. Saat ini kau dan aku hanya tinggal terbiasa dengan waktu.
Sabarlah sayang, bukan maksudku mempermainkan perasaanmu atau sengaja mengulur waktu. Ini terkait dengan perasaan, aku enggan sembarang menentukan. Meski kau kandidat satu satunya, tapi biarlah hati ini lebih terbiasa. Kau juga tentunya banyak pertimbangan untuk menerimaku jika aku terlalu terburu-buru.
Sudah semestinya kau juga memastikan bahwa aku juga satu-satunya. Tak ada orang lain yang lebih kau bawelkan di percakapan, tak ada orang lain yang kau sebut privasi selain aku disini. Pastikan penjaga hati kita masing masing. Aku yakin kedekatan kita butuh selang waktu, agar saat kita jarang bertemu masih ada cinta yang ingin bersatu.
Mudah-mudahan kau mengerti maksudku, kita beranjak dewasa. Bawalah cintamu pada level sesungguhnya. Yang benar benar ada untuk satu orang saja dan untuk waktu yang lama.
Jangan lagi merupa senja, yang tenggelam saat lampu kota mulai temaram. Jadilah sang surya yang tetap hadir di kala malam, lewat cahaya yang dia titipkan dalam indahnya bintang-bintang.
Luangkan waktumu untuk membalas pesan singkatku, karena dalam setiap titik koma yang tertera juga mengandung cinta.
Comments
Post a Comment